BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kanker merupakan massa jaringan abnormal tumbuh terus menerus, tidak pernah
mati. Tumbuh tidak terkoordinasi dengan jaringan lain, akibatnya merugikan
tubuh dimana ia tumbuh. Kanker Laring adalah keganasan pada pita suara, kotak
suara (laring) atau daerah lainnya di tenggorokan. Secara anatomi karsinoma di
bagi atas 3 bagian yaitu supra giotik, tumor pada puka ventrikularis,
aritenoid, epigiatis dan sinus periforanus. (Glatis : tumor pada korda vokalis,
subglotis : tumor dibawah koida vokalis). Kanker adalah sebuah penyakit umum
disemua Negara didunia banyak diderita orang tua umur 40 tahun keatas.
Kemungkinan terbesar orang mendapat kanker pada umur >60 tahun, dan
memberikan kemampuan hidup (survival rate) 5 tahun hanya berkisar antara 9 -32
% pada wanita dan kurang lebih 9 -42 % pada pria.
Di negara-negara maju rata-rata orang meninggal karena kanker adalah satu
diantara empat kematian (1:4 ). Di Eropa dan Amerika kanker laring merupakan
penyakit kanker nomer satu dari kebidang THT. Tapi di Indonesia nomer satu
adalah kanker nasofaring, sedangkan kanker laring hanya menmpati urutan ke dua
dan ketiga dari setiap tahunnya.
Bila di bandingkan kanker seluruh tubuh kanker laring menempati urutan ke 14, sedangkan kanker nasofaring menempati urutan ke tiga atau ke empat. Walaupun knker larin menempati urutan ke dua atau tiga dari keganasan THT, tapi pada umumnya mempunyai prognosa yang kurang baik.
Bila di bandingkan kanker seluruh tubuh kanker laring menempati urutan ke 14, sedangkan kanker nasofaring menempati urutan ke tiga atau ke empat. Walaupun knker larin menempati urutan ke dua atau tiga dari keganasan THT, tapi pada umumnya mempunyai prognosa yang kurang baik.
Oleh karena itu untuk mengurangi hal tersebut peran perawat sangat
diperlukan untuk mencegah dan memperkecil dampak yang disebabkan oleh kanker
laring dengan cara memberikan asuhan keperawatan yang efesien. Berdasarkan hal
tersebut, penulis tertarik untuk mengetahui lebih dalam dan ingin membantu
memecahkan masalah kesehatan pada klien dengan kanker laring
B. Tujuan Penulisan
Ø Tujuan Umum
Untuk mendapatkan gambaran teori dan Asuhan
Keperawatan pada klien dengan kanker laring
Ø Tujuan
Khusus
a. Mampu mengetahui dasar teori dari kanker laring
b. Mampu melaksanakan pengkajian terhadap klien,
menganalisa data dan menentukan diagnosa keperawatan serta menetapkan prioritas
masalah yang utama.
c. Mampu menyusun rencana tindakan keperawatan untuk memenuhi kebutuhan klien sesuai dengan prioritas masalah.
c. Mampu menyusun rencana tindakan keperawatan untuk memenuhi kebutuhan klien sesuai dengan prioritas masalah.
Ø Sistematika
Penulisan
1. Terdiri dari sampul, halaman depan, kata pengantar,
daftar isi..
2. Bagian isi terdiri dari BAB I sampai dengan selesai
.
BAB II
TINJAUAN
TEORITIS
A. Konsep Dasar Medis
1. Pengertian
Laring adalah kotak kaku yang tidak dapat meregang, laring mengandung ruang
sempit antara pita suara (glottis) dimana udara harus melewati ruangan ini.
Carcinoma laring adalah keganasan pada laring. Kanker merupakan massa jaringan
abnormal tumbuh terus menerus, tidak pernah mati. Tumbuh dan tidak
terkoordinasi dengan jaringan lain, akibatnya merugikan tubuh dimana ia tumbuh.
Kanker Laring adalah keganasan pada pita suara, kotak suara (laring) atau
daerah lainnya di tenggorokan.. Secara anatomi karsinoma di bagi atas 3 bagian
yaitu supra giotik, tumor pada puka ventrikularis, aritenoid, epigiatis dan
sinus periforanus. (Glatis : tumor pada korda vokalis, subglotis : tumor
dibawah koida vokalis)
2. Anatomi Fisiologi
2. Anatomi Fisiologi
Laring atau organ suara adalah struktur epitel kartilago yang menghubungkan
faring dan trachea. Fungsi utama laring adalah untuk memungkinkan terjadinya
vokalisasi. Laring juga melindungi jalan nafas bawah dari obstruksi dari benda
asing dan memudahkan batuk. Laring sering disebut ebagai kotak suara dan
terdiri atas
1.
Epiglotis: ostium katup kartilago yang menutupi ostium
ke arah laring selama menelan
2.
Glotis: ostium antara pita suara dan laring
3.
Kartilago tiroid: kartilago terbesar pada trachea,
sebagian dari kartilago membentuk jakun (Adam’s apple)
4.
Kartilago krikoid: satu-satunya cincin kartilago yang
komplit dalam laring (terletak dibawah kartilago roid)
5.
Kartilago critenoid: digunakan dalam gerakan pita
suara dengan kartilago tiroid
6.
6. Pita suara: ligamen yang terkontrol oleh gesekan
otot yang menghasilkan bunyi suara, pita suara melekat pada lumen laring.
3. Etiologi
Penyebab utama dari kanker laring tidak diketahui.
Kanker laring mewakili 1% dari semua kanker dan terjadi lebih sering pada pria,
faktor-faktor penyebabnya adalah:
1.
Tembakau
2.
Alkohol dan efek kombinasinya
3.
Ketegangan vocal
4.
Laringitis kronis
5.
Pemajanan industrial terhadap karsinogen
6.
Defisiensi nutrisi (riboflavin) dan
7.
Predisposisi keluarga.
4.
Klasifikasi
Tumor Ganas Laring
a. GlotisTis Karsinoma insitu
ü T1 Tumor
mengenai satu atau dua sisi pita suara, tetapi gerakan pita suara masih baik,
atau tumor sudah terdapat pada komisura anterior atau posterior.
ü T2 Tumor
meluas ke daerah supraglotis atau subglotis, pita suara masih dapat bergerak
atau sudah terfiksir (impaired mobility).
ü T3 Tumor
meliputi laring dan pira suara sudah terfiksir.
ü T4 Tumor
sangat luas dengan kerusakan tulang rawan tiroid atau sudah keluar dari laring.
b. Subglotis
Tis
karsinoma insitu
ü T1 Tumor
terbatas pada daerah subglotis
ü T2 Tumor
sudah meluas ke pita, pita suara masih dapat bergerak atau sudah terfiksir.
ü T3 Tumor
sudah mengenai laring dan pita suara sudah terfiksir.
ü T4 Tumor
yang luas dengan destruksi tulang rawan atau perluasan ke luar laring atau
dua-duanya.
c. Metastasis Jauh (M)
ü Mx Tidak
terdapat/ terdeteksi
ü M0 Tidak ada
metastasis jauh
ü M1 Terdapat
metastasis jauh. Stadium
a. ST1 T1 N0 M0
Tumor mengenai satu atau dua sisi pita suara, tetapi gerakan pita suara
masih baik, atau tumor sudah terdapat pada komisura anterior atau posterior.
Tumor terbatas pada daerah subglotis. Tidak ada metastasis jauh
b. ST II T2 N0 M0
Tumor meluas ke daerah supraglotis atau subglotis, pita suara masih dapat
bergerak atau sudah terfiksir (impaired mobility). Tumor sudah meluas ke pita,
pita suara masih dapat bergerak atau sudah terfiksir. Tidak ada metastasis jauh
c. STIII T3 N0 M0, T1/T2/T3 N1 M0
Tumor meliputi laring dan pira suara sudah terfiksir. Tidak ada metastasis
jauh
d. STIV T4 N0/N1 M0
Tumor sangat luas dengan kerusakan tulang rawan tiroid atau sudah keluar
dari laring. Tumor yang luas dengan destruksi tulang rawan atau perluasan ke
luar laring atau dua-duanya.
e. T1/T2/T3/T4 N2/N3
f. T1/T2/T3/T4 N1/N2/N3 M1
d. Penanggulangan
Setelah diagnosis dan stadium tumor ditegakkan, maka ditentukan tindakan
yang akan diambil sebagai penanggulangannya.
Ada 3 cara penaggulangan yang lazim dilakukan, yakni pembedahan, radiasi,
obat sitostatika ataupun kombinasi daripadanya, tergantung pada stadium penyakit
dan keadaan umum pasien.
Sebagai patokan dapat dikatakan stadium 1dikirim untuk dilakukan operasi,
stadium 4 dilakukan operasi dengan rekonstruksi, bila masih memungkinkan atau
dikirim untuk mendapatkan radiasi.
Jenis pembedahan adalah laringgektomia totalis ataupun parsial, tergantung
lokasi dan penjalaran tumor, serta dilakukan juga diseksi leher radikal bila
terdapat penjalaran ke kelenjar limfa leher. Di bagian THT RSCM tersering
dilakukan laringektomia totalis, karena beberapa pertimbangan, sedangkan
laringektomi parsial jarang dilakukan, karena teknik sulit untuk menentukan
batas tumor.
5. Patofisiologi
Karsinoma laring banyak dijumpai pada usia lanjut diatas 40 tahun.
Kebanyakan pada orang laki-laki. Hal ini mungkin berkaitan dengan kebiasaan
merokok, bekerja dengan debu serbuk kayu, kimia toksik atau serbuk, logam
berat. Bagaimana terjadinya belum diketahui secara pasti oleh para ahli. Kanker
kepala dan leher menyebabkan 5,5% dari semua penyakit keganasan. Terutama
neoplasma laryngeal, 95% adalah karsinoma sel skuamosa. Bila kanker terbatas
pada pita suara (intrinsik) menyebar dengan lambat. Pita suara miskin akan
pembuluh limfe sehingga tidak terjadi metastase ke arah kelenjar limfe. Bila
kanker melibatkan epiglottis (ekstrinsik) metastase lebih umum terjadi. Tumor
superglotis dan subglotis harus cukup besar, sebelum mengenai pita suara
sehingga mengakibatkan suara serak. Tumor pita suara yang sejati terjadi lebih
dini biasanya pada waktu pita suara masih dapat digerak
6. Manifestasi Klinis
v Kanker
laring biasanya berasal dari pita suara, menyebabkan suara serak. Seseorang
yang mengalami serak selama lebih dari 2 minggu sebaiknya segera memeriksakan
diri.
v Rasa tidak
enak pada tenggorokan seperti ada yang tersangkut.
v Kesulitan
menelan.
v Kadang
sebuah benjolan di leher yang merupakan penyebaran kanker ke kelenjar getah
bening, muncul terlebih dulu sebelum gejala lainnya timbul.
v Nyeri
tenggorokan
v Nyeri leher
v Penurunan
berat badan
v Batuk
v Batuk darah
v Bunyi
pernafasan yang abnormal. (strdor/ ngorok timbul saat tidur).
v Sesak terjadi
pada awal dan di area glotis
v Nyeri dan
rasa terbakar pada tenggorok ketika minum cairan panas dan jus jeruk
v Disfagia,
dispnea, dan nafas bau
v Pembesaran
nodus servikal, debilitas umum dan nyeri yang menjalar ke telinga dapat
menandakan adanya metastasis (transfer penyakit dari satu organ ke organ lain).
7. Penatalaksanaan
Medis
Pengobatan untuk kondisi ini bervarisi sejalan dengan keluasan malignansi.
Pengobatan pilihan termasuk terapi radiasi dan pembedahan.Pemeriksaan gigi
dilakukan untuk menyingkirkan setiap penyakit mulut. Semua masalah yang
berkaitan dengan gigi diatasi, jika mungkin, sebelum dilakukan pembedahan. Jika
pembedahan akan dilakukan, tim yang terdiri atas multidisiplin ilmu
mengevaluasi kebutuhan pasien dan keluarga untuk mengembangkan suatu rencana
keperawatan yang berhasil.
•
Terapi radiasi dilakukan Jika hanya 1 pita suara yang
terkena, dan Suara masih dalam keadaan normal, Pre op untuk menurunkan ukuran
tumor, Perawatan tidak terlalu lama
•
Kemoterapi
•
Operasi laringektomi
1. Laringektomi parsial (Laringektomi-Tirotomi)
Laringektomi parsial direkomendasikan kanker area glotis tahap dini ketika
hanya satu pita suara yang terkena. Tindakan ini mempunyai mempunyai angka
penyembuhan yang sangat tinggi. Dalam operasi ini satu pita suara diangkat dan
semua struktur lainnya tetap utuh. Suara pasien kemungkinan akan menjadi parau.
Jalan nafas akan tetap utuh dan pasien seharusnya tidak memiliki kesulitan
menelan.
2. Laringektomi supraglotis (horisontal)
Laringektomi supraglotis digunakan dalam penatalaksanaan tumor supraglotis.
Tulang hioid, glotis, dan pita suara palsu diangkat. Pita suara, kartilago
krikoid, dan trakea tetap utuh. Selama operasi, dilakukan diseksi leher radikal
pada tempat yang sakit. Selang trakeostomi dipasang dalam trakea sampai jalan
nafas glotis pulih. Selang trakeostomi ini biasanya diangkat setelah beberapa
hari dan stoma dibiarkan menutup. Nutrisi diberikan melalui selang nasogastrik
sampai terdapat penyembuhan dan tidak ada lagi bahaya aspirasi. Pasca operasi
pasien akan mengalami kesulitan menelan selama 2 minggu pertama. Keuntungan
utama operasi ini adalah bahwa suara akan kembali pulih dalam seperti biasa.
Masalah utamanya adalah bahwa kanker tersebut akan kambuh.
3. Laringektomi hemivertikal
Laringetomi hemivertikal dilakukan jika tumor meluas diluar pita suara,
tetapi perluasan tersebut kurang dari 1 cm dan terbatas pada area subglotis.
Dalam prosedur ini, kartilago tiroid laring dipisahkan dalam garis tengah leher
dan bagian pita suara (satu pita suara sejati dan satu pita suara palsu) dengan
pertumbuhan tumor diangkat. Kartilago aritenoid dan setengah kartilago tiroid
diangkat. Kartilago aritenoid dan setengah kartilago tiroid diangkat. Pasien
beresiko mengalami aspirasi pascaoperasi. Beberapa perubahan dapat terjadi pada
kualitas suara (sakit tenggorok) dan proyeksi. Namun demikian jalan nafas dan
fungsi menelan tetap utuh.
4. Laringektomi total
Laringektomi total dilakukan ketika kanker meluas diluar pita suara. Lebih
jauh ke tulang hioid, epiglotis, kartilago krikoid, dan dua atau tiga cincin
trakea diangkat. Lidah, dinding faringeal, dan trakea ditinggalkan. Banyak ahli
bedah yang menganjurkan dilakukannya diseksi leher pada sisi yang sama dengan
lesi bahkan jika tidak teraba nodus limfe sekalipun. Rasional tindakan ini
adalah bahwa metastasis ke nodus limfe servical sering terjadi. Masalahnya akan
lebih rumit jika lesi mengenai struktur garis tengah atau kedua pita suara.
Dengan atau tanpa diseksi leher, laringektomi total dibutuhkan stoma trakeal
permanen. Stoma ini mencegah aspirasi makanan dan cairan ke dalam saluran
pernafasan bawah, karena laring yang memberikan perlindungan stingfer tidak ada
lagi. Pasien tidak akan mempunyai suara lagi tetapi fungsi menelan akan normal.
Laringektomi total mengubah cara dimana aliran udara digunakan untuk bernafas
dan berbicara.
Pengangkatan seluruh pita suara menyebabkan penderita tidak memiliki suara.
Suara yang baru dibuat dengan salah satu dari cara berikut:
Suara yang baru dibuat dengan salah satu dari cara berikut:
1. Esophageal speech, penderita diajari untuk membawa udara ke dalam
kerongkongan ketika bernafas dan secara perlahan menghembuskannya untuk menghasilkan
suara.
2. Fistula trakeoesofageal, merupakan katup satu arah yang dimasukkan
diantara trakea dan kerongkongan. Katup ini mendorong udara ke dalam
kerongkongan ketika penderita bernafas, sehingga menghasilkan suara. Jika katup
mengalami kelainan fungsi, cairan dan makanan bisa secara tidak sengaja masuk
ke dalam trakea.
3. Elektrolaring adalah suatu alat yang bertindak sebagai sumber suara dan
dipasang di leher. Suara yang dihasilkan oleh ketiga cara tersebut dirubah
menjadi percakapan dengan menggunakan mulut, hidung, gigi, lidah dan
bibir.Suara yang dihasilkan lebih lemah dibandingkan suara normal.
4. Penggunaan Blom-Singer Voice : prosthesis dan kutub tracheostomy dengan
alat ini pasien yang mengalami laringoctomy total dapat berbicara normal.
8. Test Diagnostik
Pada karsinoma laring, dilakukan pemeriksaaan larigoskopik langsung di
bawah anestesi umum.Pemeriksaan laring dengan kaca laring atau laringoskopi
langsung dapat menunjukan tumor dengan jelas. Tempat yang sering timbul tumor
dapat dilihat pada gambar. Sinar-X dada, scan tulang, untuk mengidentifikasi
kemungkinan metaphase. darah lengkap, dapat menyatakan anemi yang merupakan
masalah umum. Laringografi dapat dilakukan dengan kontras untuk pemeriksaan
pembuluh darah dan pembuluh limfe, kemudian laring diperiksa dengan anestesi
umum dan dilakukan biopsy pada tumor.Gigi yang berlubang sebaiknya dicabut pada
saat yang sama
B. KONSEP DASAR KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Data pre dan posoperasi tergantung pada tipe kusus atau lokasi proses
kanker dan koplikasi yang ada.
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan suatu
proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk
mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien.
•
Identitas klien
Nama,
tempat/tanggal lahir, jenis kelamin, umur, pendidikan, pekerjaan, status,
agama, alamat, hubungan klien dengan penanggung jawab.
•
Pemeriksaan fisik.
•
Riwayat kesehatan sekarang.
•
• Riwayat kesehatan lalu.
a. INTEGRITAS EGO
Gejala : Perasaan takut akan kehilangan suara,mati, terjadi atau
berulangnya kanker. Kuatir bila pembedahan mempengaruhi hubungan keluarga,
kemampuan kerja dan keuangan. Tanda : Ansietas, depresi, marah dan menolak
operasi.
b. MAKANAN ATAU CAIRAN
Gejala :Kesulitan menelan. Tanda : Kesulitan menelan, mudah tersedak, sakit
menelan, sakit tenggorok yang menetap.Bengkak, luka. Inflamasi atau drainase
oral, kebersihan gigi buruk. Pembengkakan lidah dan gangguan gag reflek.
c. HIGIENE
Tanda : kemunduran kebersihan gigi. Kebutuhan bantuan perawatan dasar.
d. NEUROSENSORI
Gejala : Diplopia (penglihatan ganda), ketulian. Tanda : Hemiparesis wajah
(keterlibatan parotid dan submandibular). Parau menetap atau kehilangan suara
(gejala dominan dan dini kanker laring intrinsik). Kesulitan menelan. Kerusakan
membran mukosa.
e. NYERI ATAU KENYAMANAN
Gejala : Sakit tenggorok kronis, benjolan pada tenggorok. Penyebaran nyeri
ke telinga, nyeri wajah (tahap akhir, kemungkinan metastase). Nyeri atau rasa
terbakar dengan pembengkakan (kususnya dengan cairan panas), nyeri lokal pada
orofaring. Pascaoperasi : Sakit tenggorok atau mulut (nyeri biasanya tidak
dilaporkan kecuali nyeri yang berat menyertai pembedahan kepala dan leher,
dibandingkan dengan nyeri sebelum pembedahan). Tanda : Perilaku berhati-hati,
gelisah, nyeri wajah dan gangguan tonus otot.
f. PERNAPASAN
Gejala : Riwayat merokok atau mengunyah tembakau. Bekerja dengan debu
serbuk kayu, kimia toksik atau serbuk, dan logam berat. Riwayat penyakit paru
kronik. Batuk dengan atau tanpa sputum. Drainase darah pada nasal. Tanda :
Sputum dengan darah, hemoptisis, dispnoe ( lanjut ), dan stridor.
g. KEAMANAN
Gejala : Terpajan sinar matahari berlebihan selama periode bertahun-tahun
atau radiasi.Perubahan penglihatan atau pendengaran. Tanda : Massa atau pembesaran
nodul.
h. INTERAKSI SOSIAL
Gejala : masalah tentang kemampuan berkomunikasi, dan bergabung dalam
interaksi sosial. Tanda : Parau menetap,perubahan tinggi suara, bicara kacau,
enggan untuk bicara,dan menolak orang lain untuk memberikan perawatan atau
terlibat dalam rehabilitasi.
B. Asuhan keperawatan
pada tahap PREOPERASI
NO
|
DIAGNOSA KEPERAWATAN
|
TUJUAN
|
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
1
|
Bersihan
jalan napas tidak efektif berhubungan dengan pengangkatan sebagian atau
seluruh glotis, gangguan kemampuan untuk bernapas, batuk dan menelan, serta
sekresi banyak dan kental
|
Tujuan :
Klien akan mempertahankan jalan napas tetap terbuka.
Kriteria
hasil : bunyi napas bersih dan jelas, tidak sesak, tidak sianosis,frekwensi
napas normal
|
Mandiri
Awasi
frekwensi atau kedalaman pernapasan.Auskultasi bunyi napas. Selidiki
kegelisahan, dispnea, dan sianosis
|
perubahan
pada pernapasan, adanya ronki,mengi,diduga adanya retensi sekret.
|
Tinggikan
kepala 30-45 derajat
|
Rasional
memudahkan drainase sekret, kerja pernapasan dan ekspansi paru.
|
|||
Dorong
menelan bila pasien mampu. Rasional mencegah pengumpulan sekret oral
menurunkan resiko aspirasi
|
menelan
terganggu bila epiglotis diangkat atau edema paskaoperasi bermakna dan nyeri
terjadi
|
|||
Dorong
batuk efektif dan napas dalam
|
memobilisasi
sekret untuk membersihkan jalan napas dan membantu mencegah komplikasi
pernapasan
|
|||
Hisap
selang laringektomi atau trakeotomi, oral dan rongga nasal. Catat jumlah,
warna dan konsistensi sekret
|
mencegah
sekresi menyumbat jalan napas, khususnya bila kemampuan menelan terganggu dan
pasien tidak dapat meniup lewat hidung
|
|||
Observasi
jaringan sekitar selang terhadap adanya perdarahan. Ubah posisi pasien untuk
memeriksa adanya pengumpulan darah dibelakang leher atau balutan posterio
|
sedikit
jumlah perembesan mungkin terjadi. Namun perdarahan terus-menerus atau
timbulnya perdarahan tiba-tiba yang tidak terkontrol dan menunjukkan sulit
bernapas secara tiba-tiba
|
|||
Ganti
selang atau kanul sesuai indikasi
|
mencegah
akumulasi sekret dan perlengketan mukosa tebal dari obstruksi jalan napas
|
|||
Kolaborasi
:
Berikan
humidifikasi tambahan, contoh tekanan udara atau oksigen dan peningkatan
masukan cairan
|
fisiologi
normal ( hidung) berarti menyaring atau melembabkan udara yang lewat
|
|||
Awasi seri
GDA atau nadi oksimetri, foto dada
|
pengumpulan
sekret atau adanya ateletaksis dapat menimbulkan pneumonia yang memerlukan
tindakan terapi lebih agresif.
|
NO
|
DIAGNOSA KEPERAWATAN
|
TUJUAN DAN KRITERIA HASIL
|
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
2
|
Kerusakan komunikasi verbal
berhubungan dengan defisit anatomi (pengangkatan batang suara) dan hambatan
fisik (selang trakeostomi).
|
Tujuan : Komunikasi klien akan
efektif .
Kriteria
hasil : Mengidentifikasi atau merencanakan pilihan metode berbicara yang tepat
setelah sembuh
|
Mandiri
Kaji atau
diskusikan praoperasi mengapa bicara dan bernapas terganggu,gunakan gambaran
anatomik atau model untuk membantu penjelasan.
|
Rasional
untuk mengurangi rasa takut pada klien
|
Tentukan
apakah pasien mempunyai gangguan komunikasi lain seperti pendengaran dan
penglihatan
|
adanya
masalah lain mempengaruhi rencana untuk pilihan komunikasi.
|
|||
Berikan
pilihan cara komunikasi yang tepat bagi kebutuhan pasien misalnya papan dan
pensil, papan alfabet atau gambar, dan bahasa isyarat
|
memungkingkan
pasien untuk menyatakan kebutuhan atau masalah
|
|||
Berikan
waktu yang cukup untuk komunikasi
|
kehilangan
bicara dan stres menganggu komunikasi dan menyebabkan frustrasi dan hambatan
ekspresi, khususnya bila perawat terlihat terlalu sibuk atau bekerja
|
|||
Berikan
komunikasi non verbal, contoh sentuhan dan gerak fisik
|
mengkomunikasikan
masalah dan memenuhi kebutuhan kontak dengan orang lain.
|
|||
Dorong
komunikasi terus-menerus dengan dunia luar contoh koran,TV, radio dan
kalender
|
mempertahankan
kontak dengan pola hidup normal dan melanjutkan komunikasi dengan cara lain
|
|||
Beritahu
kehilangan bicara sementara setelah laringektomi sebagian dan atau tergantung
pada tersedianya alat bantu suara
|
memberikan
dorongan dan harapan untuk masa depan dengan memikirkan pilihan arti
komunikasi dan bicara tersedia dmungkin
|
|||
|
|
|
Ingatkan
pasien untuk tidak bersuara sampai dokter memberi izin.
|
meningkatkan
penyembuhan pita suara dan membatasi potensi disfungsi pita permanen.
|
|
|
|
Atur
pertemuan dengan orang lain yang mempunyai pengalaman prosedur ini dengan
tepat
|
memberikan
model peran, meningkatkan motivasi untuk pemecahan masalah dan mempelajari cara
baru untuk berkomunikasi
|
|
|
|
Kolaborasi
Konsul
dengan anggota tim kesehatan yang tepat atau terapis atau agen rehabilitasi
(contoh patologis wicara, pelayanan sosial, kelompok laringektomi) selama
rehabilitasi dasar dirumah sakit sesuai sumber komunikasi (bila ada)
|
Kemampuan
untuk menggunakan pilihan suara dan metode bicara (contoh bicara esofageal)
sangat bervariasi, tergantung pada luasnya prosedur pembedahan, usia pasien,
dan motivasi untuk kembali ke hidup aktif
|
NO
|
DIAGNOSA KEPERAWATAN
|
TUJUAN DAN KERITERIA HASIL
|
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
3
|
Kerusakan
integritas kulit atau jaringan berhubungan dengan bedah pengangkatan, radiasi
atau agen kemoterapi, gangguan sirkulasi atau suplai darah,pembentukan udema
dan pengumpulan atau drainase sekret terus-menerus
|
Tujuan :
Menunjukkan waktu penyembuhan yang tepat tanpa komplikasi.
Kriteria
hasil : integritas jaringan dan kulit sembuh tanpa komplikasi.
|
Mandiri
Kaji warna
kulit, suhu dan pengisian kapiler pada area operasi dan tandur kulit
|
kulit
harus berwarna merah muda atau mirip dengan warna kulit sekitarnya
|
Pertahankan
kepala tempat tidur 30-45 derajat. Awasi edema wajah
|
meminimalkan
kongesti jaringan paskaoperasi dan edema sehubungan dengan eksisi saluran
limfe
|
|||
Lindungi
lembaran kulit dan jahitan dari tegangan atau tekanan. Berkan bantal atau
gulungan dan anjurkan pasien untuk menyokong kepala atau leher selama
aktivitas
|
tekanan
dari selang dan plester trakeostomi atau tegangan pada jahitan dapat
menggangu sirkulasi atau menyebabkan cedera jaringan
|
|||
Awasi
drainase berdarah dari sisi operasi, jahitan dan drein.
|
drainase
berdarah biasanya tetap sedikit setelah 24 jam pertama
|
|||
Catat atau
laporkan adanya drainase seperti susu
|
drainase
seperti susu menunjukkan kebocoran duktus limfe torakal
|
|||
Ganti
balutan sesuai indikasi bila digunakan
|
balutan
basah meningkatkan resiko kerusakan jaringan atau infeksi
|
|||
Bersihkan
insisi dengan cairan garam faal steril dan peroksida (campuran 1 : 1) setelah
balutan diangkat
|
mencegah
pembetukan kerak , yang dapat menjebak drainase purulen, merusak tepi kulit,
dan meningkatkan ukuran luka
|
|||
|
|
|
Bersihkan
sekitar stoma dan selang bila dipasang serta hindari sabun dan alkohol
|
mempertahankan
area bersih meningkatkan penyembuhan dan kenyamanan
|
|
|
|
Berikan
antibiotik oral, topikal dan IV sesuai indikasi
|
mencegah
atau mengontrol infeksi
|
NO
|
DIAGNOSA KEPERAWATAN
|
TUJUAN DAN KRITERIA HASIL
|
INTERVENSI
|
IMPLEMENTASI
|
4
|
|
Tujuan :
menunjukkan membran mukosa oral baik atau integritas membran mukosa baik.
Kriteria
Hasil : mulut lembab atau tidak kering, mulut terasa segar, lidah normal,
bersih dan tidak pecah, tidak ada tanda inflamasi pada bibir
|
Mandiri
Inspeksi
rongga oral dan perhatikan perubahan pada saliva
|
kerusakan
pada kelenjar saliva dapat menurunkan produksi saliva, mengakibatkan mulut
kering
|
Perhatikan
perubahan pada lidah, bibir, geligi dan gusi serta membran mukosa
|
pembedahan
meliputi reseksi parsial dari lidah, platum lunak, dan faring
|
|||
Hisapan
rongga oral secara perlahan atau sering. Biarkan pasien melakukan pengisapan
sendiri bila mungkin atau menggunakan kasa untuk mengalirkan sekresi
|
saliva
mengandung enzim pencernaan yang mungkin bersifat erosif pada jaringan yang
terpajan
|
|||
Tunjukkan
pasien bagaimana menyikat bagian dalam mulut, platum, lidah dan geligi dengan
sering
|
menurunkan
bakteri dan resiko infeksi, meningkatkan penyembuhan jaringan dan kenyamanan
|
|||
Berikan
pelumas pada bibir; berikan irigasi oral sesuai indikasi
|
mengatasi efek
kekeringan dari tindakan terapeutik; menghilangkan sifat erosif dari sekresi
|
NO
|
DIAGNOSA KEPERAWATAN
|
TUJUAN DAN KRITERIA HASIL
|
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
5
|
Nyeri akut
berhubungan dengan insisi bedah, pembengkakan jaringan,adanya selang
nasogastrik atau orogastrik
|
Tujuan :
Nyeri klien akan berkurang atau hilang.
Kriteria
hasil : klien mengatakan nyeri hilang, tidak gelisah, rileks dan ekpresi
wajah ceria
|
Sokong
kepala dan leher dengan bantal.Tunjukkan pada pasienbagaimana menyokong leher
selama aktivitas
|
kelemahan
otot diakibatkan oleh reseksi otot dan saraf pada struktur leher dan atau
bahu
|
Dorong
pasien untuk mengeluarkan saliva atau penghisap mulut dengan hati-hati bila
tidak mampu menelan
|
menelan
menyebabkan aktivitas otot yang dapat menimbulkan nyeri karena edema atau
regangan jahitan
|
|||
Selidiki
perubahan karakteristik nyeri, periksa mulut, jahitan tenggorok untuk trauma
baru
|
dapat
menunjukkan terjadinya komplikasi yang memerlukan evaluasi lanjut atau
intervensi
|
|||
Catat
indikator non verbal dan respon automatik terhadap nyeri. Evaluasi efek
analgesik
|
alat
menentukan adanya nyeri dan keefektifan obat
|
|||
Anjurkan
penggunaan perilaku manajemen stres, contoh teknik relaksasi, bimbingan
imajinasi
|
meningkatkan
rasa sehat, dapat menurunkan kebutuhan analgesik dan meningkatkan penyembuhan
|
|||
Kolaborasi
dengan
pemberian analgesik, contoh codein, ASA, dan Darvon sesuai indikasi
|
derajat
nyeri sehubungan dengan luas dan dampak psikologi pembedahan sesuai dengan
kondisi tubuh
|
NO
|
DIAGNOSA KEPERAWATAN
|
TUJUAN DAN KRITERIA HASIL
|
INTERVENSI
|
IMPLEMENTASI
|
6
|
Perubahan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan gangguan jenis masukan
makanan sementara atau permanen, gangguan mekanisme umpan balik keinginan
makan, rasa, dan bau karena perubahan pembedahan atau struktur, radiasi atau
kemoterapi
|
Tujuan :
Klien akan mempertahankan kebutuhan nutrisi yang adekuat.
Kriteria
hasil : Membuat pilihan diit untuk memenuhi kebutuhan nutrisi dalam situasi
individu, menunjukkan peningkatan BB dan penyembuhan jaringan atau insisi
sesuai waktunya.
|
Auskultasi
bunyi usus
|
makan
dimulai hanya setelah bunyi usus membik setelah operasi
|
Pertahankan
selang makan, contoh periksa letak selang : dengan mendorongkan air hangat
sesuai indikasi
|
selang
dimasukan pada pembedahan dan biasanya dijahit
|
|||
Ajarkan
pasien atau orang terdekat teknik makan sendiri, contoh ujung spuit, kantong
dan metode corong, menghancurkan makanan bila pasien akan pulang dengan
selang makanan
|
membantu
meningkatkan keberhasilan nutrisi dan mempertahankan martabat orang dewasa
|
|||
Mulai
dengan makanan kecil dan tingkatkan sesuai dengan toleransi. Catat tanda
kepenuhan gaster, regurgitasi dan diare
|
kandungan
makanan dapat mengakibatkab ketidaktoleransian GI, memerlukan perubahan pada
kecepatan atau tipe formula.
|
|||
Berikan
diet nutrisi seimbang
atau
makanan selang
sesuai
indikasi
|
macam-macam
jenis makanan dapat dibuat untuk tambahan atau batasan faktor tertentu
|
NO
|
DIAGNOSA KEPERAWATAN
|
TUJUAN DAN KRITERIA HASIL
|
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
7
|
Gangguan citra diri berhubungan dengan kehilangan
suara,perubahan anatomi wajah dan leher
|
Tujuan :
Mengidentifikasi perasaan dan metode koping untuk persepsi negatif pada diri
sendiri.
Kriteria hasil : menunjukkan adaptasi awal terhadap
perubahan tubuh sebagai bukti dengan partisipasi aktivitas perawatan diri dan
interaksi positip dengan orang lain. Berkomunikasi dengan orang terdekat
tentang perubahan peran yang telah terjadi.Mulai mengembangkan rencana untuk
perubahan pola hidup. Berpartisipasi dalam tim sebagai upaya melaksanakan
rehabilitasi
|
Diskusikan arti kehilangan atau perubahan dengan
pasien, identifikasi persepsi situasi atau harapan yang akan datang
|
alat dalam mengidentifikasi atau mengartikan masalah
untuk memfokuskan perhatian dan intervensi secara konstruktif
|
Catat bahasa tubuh non verbal, perilaku negatif atau
bicara sendiri. Kaji pengrusakan diri atau perilaku bunuh diri
|
dapat menunjukkan depresi atau keputusasaan,
kebutuhan untuk pengkajian lanjut atau intervensi lebih intensif
|
|||
Catat reaksi emosi, contoh kehilangan, depresi,
marah
|
pasien dapat mengalami depresi cepat setelah
pembedahan atau reaksi syok dan menyangkal
|
|||
Susun batasan pada perilaku maladaptif, bantu pasien
untuk mengidentifikasi perilaku positip yang akan membaik
|
penolakan dapat mengakibatkan penurunan harga diri
dan mempengaruhi penerimaan gambaran diri yang baru
|
|||
Kolaboratif dengan merujuk pasien atau orang
terdekat ke sumber pendukung, contoh ahli terapi psikologis, pekerja sosial,
konseling keluarga
|
pendekatan menyeluruh diperlukan untuk membantu
pasien menghadapi rehabilitasi dan kesehatan. Keluarga memerlukan bantuan
dalam pemahaman proses yang pasien lalui dan membantu mereka dalam emosi
mereka
|
4.
Implementasi Keperawatan
Pelaksanaan tindakan keperawatan pada klien dengan kanker laring
disesuaikan dengan intervensi yang telah direncanakan
5. Evaluasi Keperawatan
v Cemas berkurang
atau hilang.
v Klien akan
bersedia dioperasi.
v Bunyi napas
bersih dan jelas, tidak sesak, tidak sianosis,frekwensi napas normal.
v Komunikasi
klien akan efektif .
v Integritas
jaringan dan kulit sembuh tanpa komplikasi
v Menunjukkan
membran mukosa oral baik atau integritas membran mukosa baik.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Kanker merupakan massa jaringan abnormal tumbuh terus menerus, tidak pernah
mati. Tumbuh dan tidak terkoordinasi dengan jaringan lain, akibatnya merugikan
tubuh dimana ia tumbuh. Kanker Laring adalah keganasan pada pita suara, kotak
suara (laring) atau daerah lainnya di tenggorokan.
Penyebab utama dari kanker laring tidak diketahui. Kanker laring mewakili
1% dari semua kanker dan terjadi lebih sering pada pria, faktor-faktor
penyebabnya adalah Tembakau, Alkohol dan efek kombinasinya, Ketegangan vocal,
Laringitis kronis, Pemajanan industrial terhadap karsinogen, Defisiensi nutrisi
(riboflavin) dan, Predisposisi keluarga
B. Saran
B. Saran
Seharusya ada pengobatan khusus untuk para penderita kanker baik yang
ringan maupun yang berat. Disediakan alat yang canggih untuk mendiagnosis
penyakit kanker, dan diadakan penyuluhan ke daerah-daerah tentang penyakit
kanker.
DAFTAR PUSTAKA
a. Brunner & Suddart. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi delapan.
Jakarta : EGC
b.
Doengoes,M.E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi ketiga. Jakarta : EGC
c. Soepardi, Efiaty Arsyad & Nurbaiti Iskandar. (1998). Buku Ajar Ilmu penyakit THT. FKUI : Jakarta\
c. Soepardi, Efiaty Arsyad & Nurbaiti Iskandar. (1998). Buku Ajar Ilmu penyakit THT. FKUI : Jakarta\
f.
http://pterchie.wordpress.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar